Khususnya bagi masyarakat Jawa pastinya sudah tidak asing lagi dengan nama tumpeng. Di Jawa sendiri tumpeng merupakan nasi yang umumnya akan dihidangkan pada acara-acara besar seperti syukuran dan perayaan lainnya. Namun hidangan itu bukan hanya sekedar nasi saja melainkan di dalamnya terdapat filosofi yang cukup indah. Untuk lebih jelasnya mengenai filosofi tumpeng langsung saja baca ulasan di bawah ini hingga selesai.
Mengetahui Filosofi Tumpeng di Jawa
Di pulau Jawa sendiri nasi yang memiliki bentuk kerucut itu sering dikaitkan dengan gunung. Di mana di Jawa Gunung itu mempunyai arti sebagai tempat yang dinilai sakral oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya itu saja namun nasi yang menjulang ke atas ini juga dipercaya mempunyai ikatan yang erat antara surga dengan langit. Menurut Dr Ari Prasetiyo S.S. M.Si. “Di dalam sebuah kitab Tantupanggelaran pada zaman Majapahit dikisahkan ketika pulau Jawa terguncang, Barata guru menugaskan untuk membawa Puncak Mahameru India guna menstabilkan pulau Jawa, sehingga menghasilkan Gunung Semeru di Jawa timur.” nasi yang memiliki bentuk kerucut itu selanjutnya direpresentasikan dari puncak gunung . Dari situlah makna terbentuknya nasi tumpeng yang menjulang tinggi. Selain itu isian yang ada di dalam nasi tumpeng ini juga mempunyai filosofi sendiri. Umumnya untuk isiannya akan diletakkan secara horizontal. Di mana proses peletakan horizontal itu mempunyai arti hubungan manusia dengan sesama. Sedangkan keanekaragaman lauk pauk di dalam nasi tumpeng menurut Ari Menjadi lambang kehidupan dunia yang sangat kompleks.
Demikianlah ulasan singkat tentang filosofi nasi tumpeng yang perlu Anda ketahui.